Mimpi Manis dan Kecoak
By A Nitha N
Tunggu aku ... Tangan Audi menggapai-gapai.
Jangan tinggalkan aku ...
Astaga!!! Apasih ini, yang ngeremet-ngeremet dikaki?
Kecoa, kecoa ... Teriak Audi, digelap malam itu.
Sambil menghempas-hempaskan rok panjangnya, Audi bersumpah serapah.
Binatang yang merupakan musuh bebuyutannya, datang menggoda disaat keadaan genting.
Di mana aku saat ini? Begitu gelapnya dan dingin yang merasuk. Apa aku harus berdiam diri, menunggu ada yang menolong?
Tidak !!! aku harus ambil langkah seribu, sebelum kecoak-kecoak itu datang menyerang lagi.
Dengan tenaga yang tersisa, Audi berlari menembus gelapnya malam.
Napas yang terengah-engah, peluh bercucuran, Audi semakin mempercepat langkah larinya.
Tuhan ... Temukan aku dengan secercah cahaya.
Tuhan ... Temukan aku dengan seseorang yang dapat menolongku. Doa Audi dalam larinya.
Entak berapa jauh Audi berlari.
Alhamdulillah..., Ada secercah cahaya, aku harus sampai disana.
Sampai disebuah gubuk, sumber dari cahaya, Audi menghentikan langkah.
Tiba-tiba terasa ada yang menggeremeti kakinya kembali.
Kecoak, kecoak...!!! Teriak Audi memecah keheningan malam.
Tiba-tiba pintu gubuk terbuka, “ada apa, ada apa...?” Tanya seorang pemuda, memegang bahu Audi.
Mata Audi masih terpejam dan berjingkat-jingkat karena ketakutan.
Betapa terkejutnya Audi, ketika matanya terbuka, pemuda di hadapannya Fauzan, kakak kelas yang ia taksir.
“Ada apa, ada apa, Audi?” Fauzan memeluk Audi.
“Kecoak, kecoak, kak” sahut Audi dalam pelukan Fauzan.
000
“Audi, Audi, ayo bangun, salat subuh dan siap-siap sekolah, ini hari Senin, macet di mana-mana” ibu membangunkan Audi.
Sambil mengucek-ngucek mata, audi menggerutuh, “ibu-ibu..., kenapa bangunin Audi?”
Ah...ternyata aku hanya bermimpi bertemu Fauzan. Mimpi yang indah, dipeluk olehnya, tapi ada kecoak disela-sela mimpiku, sungguh menyebalkan.😬😬😬😬