Selasa, 16 Mei 2017

MAKNA DIBALIK ACARA PADUSAN DAN NYADRAN MENJELANG RAMADHAN

19.23 0 Comments





MAKNA DIBALIK ACARA PADUSAN DAN NYADRAN MENJELANG BULAN RAMADHAN.

Menyambut bulan Ramadhan diberbagai daerah memililki tradisi yang selalu dilakukan. Hal ini adalah ungkapan dari kegembiraan dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini. Berbagai macam cara dilakukan untuk menyambut bulan Ramadhan ini. Diantaranya ada yang melakukan dengan mengundang makan makan sanak saudara, pergi rekreasi berenang atau mengirinkan bingkisan kekeluarga yang lebih tua.
Di Jawa Tengah kebiasaan menyambut ramadhan ini dilakukan dengan acara berendam atau mandi disumur atau di sumber mata air di tempat tempat keramat. Tradisi ini disebut dengan “Padusan” yang bermakna agar jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa bersih secara lahir dan bathin. Selain itu sebagai pembersihan diri atas segala kesalahan dan perbuatan dosa yang telah dilakukan sebelumnya. Daerah yang melakukan tradisi padusan ini terdapat pada daerah Klaten, Boyolali, Salatiga dan Yogyakarta.
Selain acara Padusan kebiasan lain yang sering dilakukan setiap hari ke 10 pada bulan Rajab adalah ‘Nyadran’.  Keluarga yang berada diluara daerah akan sengaja pulang untuk mengikuti acara Nyadran ini. Karena digunakan sebagai ajang silahturahmi menjelang bulan Ramadhan.
‘Nyadran’ atau ‘Sadran’ berasal dari kata Sodrun yang artinya gila atau tidak waras. Adapun asal muasal terjadinya acara ‘Nyadran’ atau ‘Sadran’ berasal dari, sebelum datangnya Walisongo, masyarakat di pulau Jawa banyak yang masih menyembah pohon, batu bahkan binatang dan itu dianggap tidak waras. 
Selain menyembah mereka juga membawa sesaji berupa makanan dan membaca matra. Kemudian datang para Walisongo yang meluruskan ajaran mereka dan yang wajib disembah hanya Allah SWT. Matra matra yang dibaca diganti dengan doa doa menurut agama islam. Sedangkan sesaji diganti berupa makanan yang biasa dimakan oleh warga.
Pada saat ini Nyadran dilakukan dengan cara doa bersama (tahlil) yang dipimpin sesepuh dusun setempat. Mereka bersama sama memanjatkan doa untuk kakek, nenek, bapak, ibu serta saudara saudara mereka yang tekah meninggal. Selesai berdoa, semua warga menggelar kenduri atau makan bersama. Setiap keluarga membawa makanan sendiri. Uniknya makanan yang dibawa berupa makanan tradiosinal seperti, ayam ingkung, sambal goreng, mangut, urap sayur dengan lauk perkedel, tahu tempe bacem.
Setelah makan bersama warga pulang kerumah masing masing dan saling bermaaf- maafan menjelang bulan Ramadhan.


sumber gambar: m.metrotvnews.com

Follow Us @soratemplates